Profil Desa Lubangkidul
Ketahui informasi secara rinci Desa Lubangkidul mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Lubangkidul, Butuh, Purworejo. Jelajahi sejarah geografis di balik nama "Lubang Selatan", potensi pertaniannya yang subur, serta semangat gotong royong dan kehidupan sosial masyarakatnya yang komunal dan agamis.
-
Pasangan Geografis Lubanglor
Nama "Lubangkidul" (Lubang Selatan) merupakan pasangan toponimi dari Desa Lubanglor (Lubang Utara), yang secara historis merujuk pada sebuah cekungan atau area rendah di sisi selatan dari sebuah titik acuan kuno.
-
Lumbung Pangan yang Andal
Sebagai desa agraris, Lubangkidul memiliki lahan persawahan yang sangat produktif, menjadikannya salah satu pilar utama penyangga ketahanan pangan di Kecamatan Butuh.
-
Komunitas Agamis dan Gotong Royong
Kehidupan masyarakatnya sangat lekat dengan nilai-nilai keagamaan dan semangat gotong royong yang tinggi, yang menjadi fondasi dalam menjaga kerukunan dan mendorong pembangunan desa.
Terletak di hamparan subur Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Desa Lubangkidul adalah sebuah komunitas agraris yang namanya merefleksikan sebuah peta kuno yang tertulis dalam lanskap geografis. Sebagai "pasangan" dari desa tetangganya, Lubanglor, nama "Lubangkidul" yang berarti "Lubang Selatan" menandakan sebuah wilayah dengan identitas historis yang kuat. Desa ini merupakan perwujudan dari ketekunan para petani dalam mengolah tanah warisan leluhur, serta cerminan dari masyarakat yang membangun kehidupan di atas pilar-pilar spiritualitas dan kebersamaan. Profil ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam berbagai aspek Desa Lubangkidul, dari asal-usul namanya yang unik, denyut nadi ekonomi pertanian, hingga kehangatan interaksi sosial warganya.
Sejarah Toponimi: Pasangan "Lor-Kidul" yang Melegenda
Nama Lubangkidul tidak dapat dipisahkan dari keberadaan desa tetangganya, Lubanglor. Nama ini terdiri dari dua kata dalam bahasa Jawa: Lubang dan Kidul. "Lubang" berarti cekungan, lembah, atau area yang lebih rendah, sementara "Kidul" berarti "Selatan". Dengan demikian, Lubangkidul secara harfiah bermakna "cekungan yang berada di sebelah selatan". Penamaan ini merupakan bagian dari konsep kosmologi Jawa "Lor-Kidul" (Utara-Selatan) yang sering digunakan untuk memetakan wilayah.Menurut narasi tutur yang berkembang di masyarakat, Desa Lubangkidul dan Lubanglor pada masa lalu merupakan satu kesatuan wilayah yang memiliki ciri khas geografis berupa cekungan besar atau lembah di tengahnya. Untuk mempermudah administrasi atau penyebutan, wilayah tersebut kemudian dibagi menjadi dua berdasarkan posisinya dari titik acuan tertentu (kemungkinan pusat cekungan atau pemukiman awal), yaitu bagian utara (Lor) dan bagian selatan (Kidul). Nama ini menjadi bukti linguistik dari cara pandang nenek moyang dalam membaca dan mengorganisasi ruang hidup mereka, yang terus dipertahankan hingga kini sebagai sebuah warisan sejarah yang berharga.
Kondisi Geografis dan Tatanan Demografis
Secara geografis, Desa Lubangkidul menempati kawasan dataran rendah yang subur di Kecamatan Butuh. Kontur tanahnya yang datar sangat mendukung untuk pertanian sawah irigasi, yang menjadi pemandangan dominan di seluruh penjuru desa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, luas wilayah Desa Lubangkidul tercatat sekitar 1,23 kilometer persegi. Desa ini berbatasan langsung dengan desa-desa lainnya; di sebelah utara berbatasan dengan Desa Lubanglor, di sebelah timur dengan Desa Lubangindangan, di sebelah selatan dengan Desa Kunir dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Klepu.Menurut data kependudukan termutakhir, Desa Lubangkidul dihuni oleh sekitar 1.346 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka tingkat kepadatan penduduknya berada di angka sekitar 1.094 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas mutlak penduduk desa ini adalah petani, sebuah profesi yang telah menjadi tulang punggung kehidupan selama berabad-abad. Sebagian kecil lainnya berprofesi sebagai pedagang, buruh, wiraswasta, serta perantau yang bekerja di kota-kota besar, namun tetap menjaga ikatan kuat dengan kampung halamannya.
Pertanian sebagai Jantung Kehidupan Ekonomi
Denyut nadi perekonomian Desa Lubangkidul hampir sepenuhnya bergantung pada sektor pertanian. Tanah subur warisan alam menjadi modal utama yang diolah dengan penuh ketekunan. Komoditas andalan yang menjadi primadona adalah padi. Dengan sistem irigasi yang terkelola dengan baik, para petani mampu memanen padi dua hingga tiga kali dalam setahun, menghasilkan surplus gabah yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan lokal tetapi juga dipasok ke pasar yang lebih luas. Desa ini merupakan salah satu pilar ketahanan pangan di Kecamatan Butuh.Selain padi, para petani juga melakukan diversifikasi dengan menanam palawija di musim kemarau atau di lahan tegalan. Tanaman seperti jagung, kedelai, dan kacang-kacangan menjadi pilihan untuk menjaga kesuburan tanah dan memberikan pendapatan alternatif. Aktivitas ekonomi lainnya yang menunjang adalah peternakan skala kecil. Hampir setiap rumah tangga memelihara unggas atau kambing sebagai "tabungan" dan sumber protein. Keberadaan kelompok tani di desa ini sangat vital sebagai pusat informasi, koordinasi, dan advokasi bagi kepentingan para petani.
Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Desa
Pemerintahan Desa Lubangkidul berjalan di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa dan jajaran perangkatnya, yang bekerja secara sinergis dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Prinsip partisipasi publik dijunjung tinggi, terutama dalam proses perencanaan pembangunan melalui Musrenbangdes. Forum ini menjadi wadah bagi warga untuk menyampaikan aspirasi dan usulan program yang dianggap paling mendesak bagi kemajuan desa.Pada tahun 2025 ini, pemerintah desa memfokuskan penggunaan Dana Desa untuk mendukung sektor pertanian dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program prioritas mencakup pemeliharaan dan normalisasi saluran irigasi untuk menjamin ketersediaan air di sawah, serta perbaikan jalan usaha tani untuk mempermudah akses pengangkutan hasil panen. Di bidang sosial, program seperti peningkatan gizi balita melalui Posyandu, dukungan untuk kegiatan keagamaan, dan pemberdayaan pemuda melalui Karang Taruna terus digalakkan.
Kehidupan Sosial yang Agamis dan Penuh Kebersamaan
Karakter masyarakat Desa Lubangkidul sangat lekat dengan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan. Sebagai komunitas yang homogen dan agamis, ajaran Islam menjadi panduan utama dalam etika sosial dan kehidupan sehari-hari. Masjid dan musala tidak pernah sepi dari kegiatan ibadah dan pengajian, yang berfungsi sebagai pusat pembinaan spiritual dan perekat ikatan sosial.Semangat gotong royong merupakan pilar utama dalam kehidupan bertetangga. Tradisi kerja bakti, rewang atau sinoman (membantu tetangga yang punya hajat), dan menjenguk warga yang sakit adalah praktik sosial yang masih sangat hidup dan dijaga. Suasana pasca perayaan HUT RI ke-80 pada Agustus 2025 ini pun turut memperkuat ikatan komunal melalui berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Kehidupan yang komunal dan harmonis ini menjadi modal sosial yang tak ternilai, menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan tenteram.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Sebagai desa yang bertumpu pada sektor tunggal, yakni pertanian, Lubangkidul menghadapi tantangan terkait keberlanjutan. Regenerasi petani menjadi isu sentral, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik bekerja di sektor non-pertanian. Selain itu, ketergantungan pada kondisi cuaca dan fluktuasi harga komoditas pertanian menjadi risiko ekonomi yang konstan.Namun prospek masa depan Desa Lubangkidul tetap menjanjikan. Dengan fondasi sosial yang sangat kuat, desa ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan program-program ekonomi berbasis komunitas. Pengembangan agribisnis, seperti pengolahan hasil panen menjadi produk bernilai tambah (misalnya tepung beras atau makanan ringan), dapat membuka lapangan kerja baru. Pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran hasil bumi juga dapat memotong rantai pasok dan meningkatkan pendapatan petani. Dengan terus menjaga semangat gotong royong dan keterbukaan terhadap inovasi, Lubangkidul dapat bertransformasi menjadi desa agraris modern yang tetap berakar pada tradisi.
Penutup
Desa Lubangkidul adalah sebuah narasi tentang kehidupan yang tumbuh subur dari "cekungan selatan" di masa lampau. Desa ini merupakan bukti bahwa ketekunan dalam mengolah tanah dan kekuatan dalam merawat ikatan sosial adalah dua kunci utama menuju kesejahteraan dan keharmonisan. Dengan terus memupuk sawah-sawah mereka dan menyirami semangat kebersamaan, masyarakat Lubangkidul akan senantiasa memanen kemakmuran dan kedamaian, menjaga warisan leluhur untuk generasi yang akan datang.